Jumat, 22 November 2013

Mencari Batas Kebun Di Teluk Makjantu Sedau Singkawang Selatan





 






Singkawang, 23-11-2013

Bersama Anakku Yudistira dan Istri tercinta menelusuri batas kebun
Ditempat Teluk Makjantu kami bertiga menuju bukit yang terjal
Batas kebun yang dibukit ditandai di pohon kelapa warna cat merah
Sungguh bersyukur kami dapat menelusuri batas yang telah ada
Semoga kebun ini dapat membawa berkah bagi kami sekeluarga

Menikmati Keindahan Bunga Langka Rafflesia Di Gunung Poteng












Singkawang,22-11-2013
Badan Lingkungan Hidup Kota Singkawang , Melalui Sekretarisnya, Drs Karyadi M Si ,Kamis (21/11)  menjelaskan Singkawang mempunyai Aneka macam  Bunga Langka yaitu Bunga Rafflesia,   Sungguh mempesona keindahan bunga langka Rafflesia Tuan Mudae yang tumbuh di Gunung Poteng.

 ",Bunga yang mekar warna merah darah  ini terletak di Gunung Poteng Singkawang  dalam ketinggian sekitar 500 meter di atas permukaan laut (mdpl). Diperkirakan bunga Rafflesia ini mekar sudah dua atau tiga hari sebelum ditemukan,"ucapnya.


Selanjutnya Pemuda Pencinta Lingkungan,Sekretaris Forum Komunitas Hijau,Nono Suprayitno mengatakan Seminggu sebelum kami kesini, telah kami pantau inang dari  bunga Rafflesia  sedang menguncup,Setelah kita kesini sekarang Bunga ini sudah  Mekar dengan Indahnya,berarti bunga ini telah mengalami masa pertumbuhan 9 bulan 20 hari sudah dilewati.

Selanjutnya Nono mengatakan,selain Rafflesia Tuan Mudae yang sudah mekar,masih kita temukan  juga adanya delapan inang Rafflesia yang berada dalam jarak belasan meter.

,"Di Gunung poteng sini ,terdapat Tiga jenis tumbuhan langka selain Rafflesia Tuan Mudae juga  ada jenis bunga Bangkai serta Rizantesh jamur bintang bumi,"ungkap Nono.

Menurut Nono,Di Gunung Poteng sini selain ada  beraneka ragam bunga langka,juga terdapat peninggalan sejarah berbentuk situs situs zaman kolonial sayangnya benda yang bersejarah ini tidak mendapat perhatian dari Pemerintah, seharusnya peninggalan sejarah ini kita rawat agar generasi yang akan datang dapat mempelajari dan menambah pengetahuannya.(ky)


Kamis, 21 November 2013

Adipura Bukan Target











.
Singkawang,22-11-2013

Kota Singkawang terus berbenah diri dalam mempersiapkan Penilaian Adipura tahun 2013-2014,berbagai langkah koordinasi baik dengan Pusat,Propinsi maupun lintas SKPD dan berbagai elemen masyarakat terus dilakukan.

Sekretaris Badan Lingkungan Hidup Kota Singkawang,Drs Karyadi M Si  mengatakan Badan Lingkungan hidup terus melakukan langkah langkah nyata baik penanaman pohon,pembinaan sekolah serta sosialisasi pada masyarakat .

Meskipun Singkawang tidak memasang target harus mendapatkan Adipura  ,Namun terus berharap  Kita semua dapat menindak lanjuti arti pentingnya kebersihan lingkungan terhadap kehidupan  sehari hari di kota Singkawang.Tentunya bila mana seluruh warga senantiasa menjaga kebersihan lingkungan ,maka sebelum dan sesudahnya penilaian Adipura tidak akan mempengaruhi aktifitas kebersihan yang sudah jadi kebiasaan .Tentunya Adipura Bila diperoleh oleh Singkawang  tahun ini ,tentunya akan  menjadi dambaan dan  kita syukuri bersama.

 Meskipun seluruh daerah terus berupaya untuk mendapatkan prestasi kebersihan daerahnya agar peroleh Adipura,Namun Singkawang menganggap Adipura bukanlah target yang harus dicapai.
Walikota Singkawang,Drs.H Awang Iskhak M Si,Kamis (21/11) menyebutkan Kalau dirinya tidak harus memperoleh piagam Adipura tersebut.

"Terserah Singkawang dapat atau tidak dapat, namun kalu memperoleh Adipura sudah tentu kita bersyukur,"katanya. Menurutnya Jangan mengejar Adipura Kota Singkawang jadi bersih tapi setelah memperolehnya piagan Adipura ,Singkawang menjadi kotor kembali,itu yang saya tidak inginkan,yang paling penting seluruh warga Singkawang menjadikan Kebersihan Lingkungannya karena kesadaran masing masing dan itu yang paling penting.

Selanjutnya Awang menjelaskan Seharusnya Warga tidak lagi buang sampah seenaknya,masih saja kita temukan warga yang buang sampah di sungai,parit sehingga menjadikan parit tersumbat.

"Yang lebih parah lagi pada saat mendirikan banguanan banyak material seperti batu,kerikil dan pasir ditaruh di badan jalan sehingga mengganggu pengendara jalan juga material tersebut bila kena hujan juga menutup parit dan lingkungan jadi kotor"ucap Awang dengan rasa prihatinnya.(ky)


 

Rabu, 20 November 2013

Mengenal Sejarah Sunan Ampel Di Surabaya









Singkawang,21-11-2013
Sungguh menarik untuk berwisata religius di Kota Surabaya
Kota pahlawan juga dikenal dengan sebutan Kota Arek Arek Suroboyo
Suroboyo  ada tempat menarik  yang sangat kental dengan penyebaran Islam
Kota yang terkenal dengan kebersihannya membuat betah semua wisatawan
Sunan Ampel hampir setiap hari banyak yang mengunjunginya ,berdoa di masjid dan berziarah




Mari kita telaah cerita Sunan Ampel :

1. Samarqand
Tahukah anda dengan daerah Bukhara? Bukhara terletak di Samarqand. Sejak dahulu daerah Samarqand dikenal sebagai daerah Islam yang melahirkan ulama-ulama besar seperti Imam Bukhari yang mashur sebagai pewaris hadist shahih.

Di Samarqand ini ada seorang ulama besar bernama Syekh Jamalluddin Jumadil Kubra, seorang Ahlussunnah bermazhab syafi’I, beliau mempunyai seorang putera bernama Ibrahim, dan karena berasal dari samarqand maka Ibrahim kemudian mendapatkan tambahan nama Samarqandi. Orang jawa sukar menyebutkan Samarqandi maka mereka hanya menyebutnya sebagai Syekh Ibrahim Asmarakandi.

Syekh Ibrahim Asmarakandi ini diperintah oleh ayahnya yaitu Syekh Jamalluddin Jumadil Kubra untuk berdakwah ke negara-negara Asia. Perintah inilah yang dilaksanakan dan kemudian beliau diambil menantu oleh Raja Cempa, dijodohkan dengan puteri Raja Cempa yang bernama Dewi Candrawulan.

Negeri Cempa ini menurut sebagian ahli sejarah terletak di Muangthai. Dari perkawinan dengan Dewi Candrawulan maka Syekh Ibrahim Asmarakandi mendapat dua orang putera yaitu Sayyid Ali Rahmatullah dan Sayyid Ali Murtadho. Sedangkan adik Dewi Candrawulan yang bernama Dewi Dwarawati diperisteri oleh Prabu Brawijaya Majapahit. Dengan demikian keduanya adalah keponakan Ratu Majapahit dan tergolong putera bangsawan atau pangeran kerajaan. Para pangeran atau bangsawan kerajaan pada waktu itu mendapat gelar Rahadian yang artinya Tuanku, dalam proses selanjutnya sebutan ini cukup dipersingkat dengan Raden.

Raja Majapahit sangat senang mendapat isteri dari negeri Cempa yang wajahnya dan kepribadiannya sangat memikat hati. Sehingga  isteri-osteri  yang lainnya diceraikan, banyak yang diberikan kepada para adipatinya yang tersebar di seluruh Nusantara. Salah satu contoh adalah isteri yang bernama Dewi Kian, seorang puteri Cina yang diberikan kepada Adipati Ario Damar di Palembang.

Ketika Dewi Kian diceraikan dan diberikan kepada Ario Damar saat itu sedang hamil tiga bulan. Ario Damar menggauli puteri Cina itu sampai si jabang bayi terlahir kedunia. Bayi yang lahir dari Dewi Kian itulah yang nantunya bernama Raden Hasan atau lebih dikenal dengan nama “ Raden Patah “,  salah satu seorang daru murid Sunan Ampel yang menjadi Raja di Demak Bintoro.

Kerajaan Majapahit sesudah ditinggal Mahapatih Gajah Mada dan Prabu Hayam Wuruk mengalami kemunduran Drastis. Kerajaan terpecah belah karena terjadinya perang saudara. Dan para adipati banyak yang tidak loyal dengan keturunan Prabu Hayam Wuruk yaitu Prabu Brawijaya Kertabumi.

Pajak dan upeti kerajaan tidak ada yang sampai ke istana Majapahit. Lebih sering dinikmati oleh para adipati itu sendiri. Hal ini membuat sang Prabu bersedih hati. Lebih-lebih lagi dengan adanya kebiasaan buruk kaum bangsawan dan para pangeran yang suka berpesta pra dan main judi serta mabuk-mabukan. Prabu Brawijaya sadar betul bila kebiasaan semacam ini diteruskan negara/kerjaan akan menjadi lemah dan jika kerajaan sudah kehilangan kekuasaan betapa mudahnya bagi musuh untuk menghancurkan Majapahit Raya.

Ratu Dwarawati, yaitu isteri Prabu Brawijaya mengetahui kerisauan hati suaminya. Dengan memberanikan diri dia mengajukan pendapat kepada suaminya. Saya mempunyai seorang keponakan yang ahli mendidik dalam hal mengatasi kemerosotan budi pekerti, kata Ratu Dwarawati.

Betulkah? Tanya sang Prabu . Ya, namanya Sayyid Ali Rahmatullah, putera dari kanda Dewi Candrawulan di negeri Cempa. Bila kanda berkenan saya akan meminta Ramanda Prabu di Cempa untuk mendatangkan Ali Rahmatullah ke Majapahit ini.

Tentu saja aku merasa senang bila Rama Prabu di Cempa Berkenan mengirimkan Sayyid Ali Rahmatullah ini kata Prabu Brawijaya.


2.       Ketanah Jawa

Maka pada suatu ketika diberangkatkanlah utusan dari Majapahit ke negeri Cempa untuk meminta Sayyid Ali Rahmatullah datang ke Majapahit. Kedatangan utusan tersebut disambut gembira oleh Raja Cempa, dan Raja Cempa bersedia mengirim cucunya ke Majapahit untuk meluaskan pengalaman.

Keberangkatan Sayyid Ali Rahmatullah  ke tanah Jawa tidak sendirian. Ia ditemani oleh ayah dan kakaknya. Sebagaimana disebutkan diatas, ayah Sayyid Ali Rahmatullah adalah Syekh Maulana Ibrahim Asmarakandi dan kakaknya bernama Sayyid Ali Murtadho. Diduga tidak langsung ke Majapahit, melainkan terlebih dahulu ke Tuban. Di Tuban tepatnya di desa Gesikharjo, Syekh Maulana Ibrahim Asmarakandi jatuh sakit dan meninggak dunia, beliau dimakamkan di desa tersebut yang masih termasuk kecamatan Palang Kabupaten Tuban.

Sayyid Murtadho kemudian meneruskan perjalanan, beliau berdakwah keliling daerah Nusa Tenggara, Madura dan sampai ke Bima. Disana beliau mendapat sebutan raja Pandita Bima, dan akhirnya berdakwah di Gresik mendapat sebutan Raden Santri, beliau wafat dan dimakamkan di Gresik, Sayyid Ali Rahmatullah meneruskan perjalanan ke Majapahit menghadap Prabu Brawijaya sesuai permintaan Ratu Dwarawati.

Kapal layar yang ditumpanginya mendarat dipelabuhan Canggu. Kedatangannya disambut dengan suka cita oleh Prabu Brawijaya. Ratu Dwarawati bibinya sendiri memeluknya erat-erat seolah-olah sedang memeluk kakak perempuannya yang di negeri Cempa. Karena wajah Sayyid Ali Rahmatullah memang sangat mirip dengan kakak perempuannya.

Nanda Rahmatullah, bersediakah engkau memberikan pelajaran atau mendidik kaum bangsawan dan rakyat Majapahit agar mempunyai budi pekerti mulia!! Tanya sang Prabu kepada Sayyid Ali Rahmatullah setelah beristirahat melepas lelah. Dengan sikapnya yang sopan santun tutur kata yang halus Sayyid Ali Rahmatullah menjawab. Dengan senang hati Gusti Prabu, saya akan berusaha sekuat-kuatnya untuk mencurahkan kemampuan saya mendidik mereka.

Bagus! Sahut sang Prabu. “Bila demikian kau akan kuberi hadiah sebidang tanah berikut bangunannya di Surabaya. Disanalah kau akan mendidik para bangsawan dan pangeran Majapahit agar berbudi pekerti mulia.”

“Terima kasih saya haturkan Gusti Prabu”, Jawab Sayyid Ali Rahmatullah. Disebutkan dalam literatur bahwa selanjutnya Sayyid Ali Rahmatullah menetap beberapa hari di istana Majapahit dan dijodohkan dengan salah satu puteri Majapahit yang bernama Dewi Candrowati atau Nyai Ageng Manila. Dengan demikian Sayyid Ali Rahmtullah adalah salah seorang Pangeran Majapahit, karena dia adalah menantu Raja Majapahit.

Semenjak Sayyid Ali Rahmatullah diambil menantu Raja Brawijaya maka beliau adalah anggota keluarga kerajaan Majapahit atau salah seorang pangeran, para pangeran pada jaman dahulu ditandai dengan nama depan Rahadian atau Raden yang berati Tuanku. Selanjutnya beliau lebih dikenal dengan sebutan Raden Rahmat.

3.       Ampeldenta

Selanjutnya, pada hari yang telah ditentukan berangkatlah rombongan Raden Rahmat ke sebuah daerah di Surabaya yang kemudian disebut dengan Ampeldenta.

Rombongan itu melalui desa Krian, Wonokromo terus memasuki Kembangkuning. Selama dalam perjalanan beliau juga berdakwah kepada penduduk setempat yang dilaluinya. Dakwah yang pertama kali dilakukannya cukup unik. Beliau membuat kerajinan berbentuk kipas yang terbuat dari akar tumbuh-tumbuhan tertentu dan anyaman rotan. Kipas-kipas ini dibagikan kepada penduduk setempat secara gratis. Para penduduk hanya cukup menukarkannya dengan kalimah syahadat.

Penduduk yang menerima kipas itu merasa sangat senang. Terlebih setelah mereka mengetahui kipas itu bukan sembarang kipas, akar yang dianyam bersama rotan itu ternyata berdaya penyembuh bagi mereka yang terkena penyakit batuk dan demam. Dengan cara itu semakin banyak orang yang berdatangan kepada Raden Rahmat. Pada saat demikianlah ia memperkenalkan keindahan agama Islam sesuai tingkat pemahaman mereka.
Cara itu terus dilakukan sehingga rombongan memasuki desa kembang kuning. Pada saat itu kawasan desa kembang kuning belum seluas sekarang ini. Disana sini masih banyak hutan dan digenangi air atau rawa-rawa. Dengan karomahnya Raden Rahmat bersama rombongan membuka hutan dan mendirikan tempat sembahyang sederhana atau langgar. Tempat sembahyang itu sekarang dirubah menjadi mesjid yang cukup besar dan bagus dinamakan sesuai dengan nama Raden Rahmat yaitu Mesjid Rahmat Kembang Kuning.

Ditempat itu pula Raden Rahmat bertemu dan berkenalan dengan dua tokoh masyarakat yaitu Ki Wiryo Sarojo dan Ki Bang Kuning. Kedua tokoh masyarakat itu bersama keluarganya masuk Islam dan menjadi pengikut Raden Rahmat.

Dengan adanya kedua tokoh masyarakat itu maka semakin mudah bagi Raden Rahmat untuk mengadakan pendekatan kepada masyarakat sekitarnya. Terutama kepada masyarakat yang masih memegang teguh adat kepercayaan lama. Beliau tidak langsung melarang mereka, melainkan memberikan pengertian sedikit demi sedikit tentang pentingnya ajaran ketauhidan. Jika mereka sudah mengenal tauhid atau keimanan kepada Tuhan Pencipta Alam, maka secara otomatis mereka akan meninggalkan sendiri kepecayaan lama yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Setelah sampai ditempat tujuan, pertama kali yang dilakukannya adalah membangun mesjid sebagai pusat kegiatan ibadah. Ini meneladani apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW saat pertama kali sampai di Madinah.

Dan karena menetap di desa Ampeldenta, menjadi penguasa daerah tersebut maka kemudian beliau dikenal sebagai Sunan Ampel. Sunan berasal dari kata Susuhunan yang artinya yang dijunjung tinggi atau panutan masyarakat setempat. Ada juga yang mengatakan Sunan berasal dari kata Suhu Nan artinya Guru Besar atau orang yang berilmu tinggi.

Selanjutnya beliau mendirikan pesantren tempat mendidik putra bangsawan dan pangeran Majapahit serta siapa saja yang mau datang berguru kepada beliau.

Mengenal Asal Cerita Reog Ponorogo










Singkawang,20-11-2013
Ponorogo Jawa Timur  merupakan kota warok juga bisa disebut kota Reog
Reog Ponorogo kesenian yang dikenal seluruh dunia
Banyak kita temui Tari Reog digelar diberbagai negara dan diberbagai daerah Nusantara
Reog beratnya sampai 60 kg sering  tampil  di Eropa,Amerika maupun Asia
Bahkan Malasia negara Tetangga sempat mengakui bahwa Reog keseniannya
Ponorogo disamping daerah agamis juga penuh dengan adat seni dan budaya
Aku juga dapat nikmati dawet dan sate yang nikmat di Kota Reog
Kuberharap Reog terus dibudayakan dan dilestarikan sejak anak anak usia sekolah TK  maupun SD
Warok Suromenggolo dan Tari Ganong seiring Gerakan gebyar Reognya sungguh takjub dibuatnya.

Sebaiknya mari kita ketahui asal cerita Reog Ponorogo:
Dahulu kala ada seorang puteri yang cantik jelita bernama Dewi Sanggalangit. Ia puteri seorang raja yang terkenal di Kediri. Karena wajahnya yang cantik jelita dan sikapnya yang lemah lembut banyak para pangeran dan raja-raja yang ingin meminangnya untuk dijadikan sebagai istri.

Namun sayang Dewi Sanggalangit nampaknya belum berhasrat untuk berumah tangga. Sehingga membuat pusing kedua orang tuanya. Padahal kedua orang tuanya sudah sangat mendambakan hadirnya seorang cucu. “Anakku, sampai kapan kau akan menolak setiap pangeran yang datang melamarmu?” tanya Raja pada suatu hari.

Ayahanda… sebenarnya hamba belum berhasrat untuk bersuami. Namun jika ayahanda sangat mengharapkan, baiklah. Namun hamba minta syarat, calon suami hamba harus bisa memenuhi keinginan hamba.

Lalu apa keinginanmu itu?

Hamba belum tahu…

Lho? Kok aneh…?” sahut Baginda.

Hamba akan bersemedi minta petunjuk Dewa. Setelah itu hamba akan menghadap ayahanda untuk menyampaikan keinginan hamba.

Demikianlah, tiga hari tiga malam Dewi Sanggalangit bersemedi. Pada hari keempat ia menghadap ayahandanya.

Ayahanda, calon suami hamba harus mampu menghadirkan suatu tontonan yang menarik. Tontonan atau keramaian yang belum ada sebelumnya. Semacam tarian yang diiringi tabuhan dan gamelan. Dilengkapi dengan barisan kuda kembar sebanyak seratus empat puluh ekor. Nantinya akan dijadikan iringan pengantin. Terakhir harus dapat menghadirkan binatang berkepala dua.

Wah berat sekali syaratmu itu!” sahut Baginda.

Meski berat syaratnya itu tetap diumumkan kepada segenap khalayak ramai. Siapa saja boleh mengikuti sayembara itu. Tidak peduli para pangeran, putera bangsawan atau rakyat jelata.

Para pelamar yang tadinya menggebu-gebu untuk memperistri Dewi Sanggalangit jadi ciut nyalinya. Banyak dari mereka yang mengundurkan diri karena merasa tak sanggup memenuhi permintaan sang Dewi.

Akhirnya tinggal dua orang yang menyatakan sanggup memenuhi permintaan Dewi Sanggalangit. Mereka adalah Raja Singabarong dari Kerajaan Lodaya dan Raja Kelanaswandana dari Kerajaan Bandarangin.

Baginda Raja sangat terkejut mendengar kesanggupan kedua raja itu. Sebab Raja Singabarong adalah manusia yang aneh. Ia seorang manusia yang berkepala harimau. Wataknya buas dan kejam. Sedang Kelanaswandana adalah seorang raja yang berwajah tampan dan gagah, namun punya kebiasaan aneh, suka pada anak laki-laki. Anak laki-laki itu dianggapnya sebagai gadis-gadis cantik.

Namun semua sudah terlanjur, Dewi Sanggalangit tidak bisa menggagalkan persyaratan yang telah diumumkan.

Raja Singabarong dari Kerajaan Lodaya memerintah dengan bengis dan kejam. Semua kehendaknya harus dituruti. Siapa saja dari rakyatnya yang membangkang tentunya akan dibunuh. Raja Singabarong bertubuh tinggi besar. Dari bagian leher ke atas berwujud harimau yang mengerikan. Berbulu lebat dan penuh dengan kutu-kutu. Itulah sebabnya ia memelihara seekor burung merak yang rajin mematuki kutu-kutunya.

Ia sudah mempunyai selir yang jumlahnya banyak sekali. Namun belum mempunyai permaisuri. Menurutnya sampai detik ini belum ada wanita yang pantas menjadi permaisurinya, kecuali Dewi Sanggalangit dari Kediri. Karena itu ia sangat berharap dapat memenuhi syarat yang diajukan oleh Dewi Sanggalangit.

Raja Singabarong telah memerintahkan kepada para abdinya untuk mencarikan kuda-kuda kembar. Mengerahkan para seniman dan seniwatinya menciptakan tontonan yang menarik, dan mendapatkan seekor binatang berkepala dua. Namun pekerjaan itu ternyata tidak mudah. Kuda kembar sudah dapat dikumpulkan, namun tontonan dengan kreasi baru belum tercipta, demikian pula binatang berkepala dua belum didapatkannya.

Maka pada suatu hari ia memanggil patihnya yang bernama Iderkala.

Hai Patih coba kamu selidiki sampai bagaimana si Kelanaswandana mempersiapkan permintaan Dewi Sanggalangit. Kita jangan sampai kalah cepat oleh Kelanaswandana.

Patih Iderkala dengan beberapa prajurit pilihan segera berangkat menuju kerajaan Bandarangin dengan menyamar sebagai seorang pedagang. Mereka menyelidiki berbagai upaya yang dilakukan oleh Raja Kelanaswandana. Setelah melakukan penyelidikan dengan seksama selama lima hari mereka kembali ke Lodaya.

Ampun Baginda. Kiranya si Kelanaswandana hampir berhasil mewujudkan permintaan Dewi Sanggalangit. Hamba lihat lebih dari seratus ekor kuda kembar telah dikumpulkan. Mereka juga telah menyiapkan tontonan yang menarik, yang sangat menakjubkan.” Patih Iderkala melaporkan.

Wah celaka! Kalau begitu sebentar lagi dia dapat merebut Dewi Sanggalangit sebagai istrinya.” kata Raja Singabarong. “Lalu bagaimana dengan binatang berkepala dua, apa juga sudah mereka siapkan?

Hanya binatang itulah yang belum mereka siapkan. Tapi nampaknya sebentar lagi mereka dapat menemukannya.” sambung Patih Iderkala.

Raja Singabarong menjadi gusar sekali. Ia bangkit berdiri dari kursinya dan berkata keras.

Patih Iderkala! Mulai hari ini siapkan prajurit pilihan dengan senjata yang lengkap. Setiap saat mereka harus siap diperintah menyerbu ke Bandarangin.

Demikianlah, Raja Singabarong bermaksud merebut hasil usaha keras Raja Kelanaswandana. Setelah mengadakan persiapan yang matang, Raja Singabarong memerintahkan prajurit mata-mata untuk menyelidiki perjalanan yang akan ditempuh Raja Kelanaswandana dari Wengker menuju Kediri. Rencananya Raja Singabarong akan menyerbu mereka di perjalanan dan merampas hasil usaha Raja Kelanaswandana untuk diserahkan sendiri kepada Dewi Sanggalangit.

Raja Kelanaswandana yang memerintah kerajaan Wengker berwajah tampan dan bertubuh gagah. Ia memerintah dengan adil dan bijaksana. Namun ada wataknya yang tidak baik, ia suka mencumbui anak laki-laki. Ia menganggap anak laki-laki yang berwajah tampan dan bertubuh molek itu seperti gadis-gadis remaja. Hal ini sangat mencemaskan pejabat kerajaan dan para pendeta. Menimbulkan kesedihan bagi para rakyat yang harus kehilangan anak laki-lakinya sebagai pemuas nafsu Raja.

Patih Pujanggeleng dan pendeta istana sudah berusaha menasehati Raja agar meninggalkan kebiasaan buruknya itu namun saran mereka tiada gunanya. Raja tetap saja mengumpulkan puluhan anak laki-laki yang berwajah tampan.

Pada suatu hari Raja Kelanaswandana memanggil semua pejabat kerajaan dan para pendeta. Ia berkata bahwa ia akan menghentikan kebiasaannya jika dapat memperistri Dewi Sanggalangit dari Kediri. Sebab semalam ia mimpi bertemu dengan gadis cantik jelita itu dalam tidur. Menurut para Dewa gadis itulah yang akan menghentikan kebiasaan buruknya mencumbui anak laki-laki.

Seluruh pejabat dan pendeta menyetujui kehendak Raja yang ingin memperistri Dewi Sanggalangit. Maka ketika mereka mendengar persyaratan yang diajukan Dewi Sanggalagit, mereka tiada gentar, seluruh kawula kerajaan, baik para pejabat, seniman, rakyat biasa rela bekerja keras guna memenuhi permintaan Dewi Sanggalangit.

Karena mendapat dukungan seluruh rakyatnya maka dalam tempo yang tidak begitu lama Raja Kelanaswandana dapat menyiapkan permintaan Dewi Sanggalangit. Hanya binatang berkepala dua yang belum didapatnya. Patih Pujanggeleng yang bekerja mati-matian mencarikan binatang itu akhirnya angkat tangan, menyatakan ketidaksanggupannya kepada Raja.

Tidak mengapa!” kata Raja Kelanaswandana. ”Soal binatang berkepala dua itu aku sendiri yang akan mencarinya. Sekarang tingkatkan kewaspadaan, aku mencium gelagat kurang baik dari kerajaan tetangga.

Maksud Baginda?” tanya Patih Pujanggeleng penasaran.

Coba kau menyamar jadi rakyat biasa, berbaurlah dengan penduduk di pasar dan keramaian lainnya.

Perintah itu dijalankan, maka Patih Pujanggeleng mengerti maksud Raja. Ternyata ada penyusup dari kerajaan Lodaya. Mereka adalah para prajurit pilihan yang menyamar sebagai pedagang keliling. Patih Pujanggeleng yang juga mengadakan penyamaran serupa akhirnya dapat mengorek keterangan secara halus apa maksud prajurit Lodoya itu datang ke Bandarangin.

Prajurit Lodaya merasa girang setelah mendapatkan keterangan yang diperlukan. Ia bermaksud kembali ke Lodoya. Namun sebelum melewati perbatasan, anak buah Patih Pujanggeleng sudah mengepungnya, karena prajurit itu melawan maka terpaksa para prajurit Bandarangin membunuhnya.

Patih Pujanggeleng menghadap Raja Kelanaswandana.

Apa yang kau dapatkan?” tanya Raja Kelanaswandana.

Ada penyusup dari kerajaan Lodaya yang ingin mengorek keterangan tentang usaha Baginda memenuhi persyaratan Dewi Sanggalangit. Raja Singabarong hendak merampas usaha Baginda dalam perjalanan menuju Kediri.

Kurang ajar!“ sahut Raja Kelanaswandana. “Jadi Raja Singabarong akan menggunakan cara licik untuk memperoleh Dewi Sanggalangit. Kalau begitu kita hancurkan kerajaan Lodaya. Siapkan bala tentara kita.

Sementara itu Raja Singabarong yang menunggu laporan dari prajurit mata-mata yang dikirim ke Bandarangin nampak gelisah. Ia segera memerintahkan Patih Iderkala menyusul ke perbatasan. Sementara dia sendiri segera pergi ke tamansari untuk menemui si burung merak, karena pada saat itu kepalanya terasa gatal sekali.

Hai burung merak! Cepat patukilah kutu-kutu di kepalaku!” teriak Raja Singabarong dengan gemetaran menahan gatal.

Burung merak yang biasa melakukan tugasnya segera hinggap di bahu Raja Singabarong lalu mematuki kutu-kutu di kepala Raja Singabarong.

Patukan-patukan si burung merak terasa nikmat, asyik, bagaikan buaian sehingga Raja Singabarong terlena dan akhirnya tertidur. Ia sama sekali tak mengetahui keadaan di luar istana. Karena tak ada prajurit yang berani melapor kepadanya. Memang sudah diperintahkan kepada prajurit bahwa jika ia sedang berada di tamansari siapapun tidak boleh menemui dan mengganggunya, jika perintah itu dilanggar maka pelakunya akan dihukum mati.

Karena tertidur ia sama sekali tak mengetahui jika di luar istana pasukan Bandarangin sudah datang menyerbu dan mengalahkan prajurit Lodaya. Bahkan Patih Iderkala yang dikirim ke perbatasan telah binasa lebih dahulu karena berpapasan dengan pasukan Bandarangin.

Ketika peperangan itu sudah merembet ke dalam istana dekat tamansari barulah Raja Singabarong terbangun karena mendengan suara ribut-ribut. Sementara si burung mereka masih terus bertengger mematuki kutu-kutu dikepalanya, jika dilihat sepintas dari depan Raja Singabarong seperti binatang berkepala dua yaitu berkepala harimau dan burung merak.

Hai mengapa kalian ribut-ribut?” teriak Raja Singabarong.

Tak ada jawaban, kecuali berkelebatnya bayangan seseorang yang tak lain adalah Raja Kelanaswandana. Raja Bandarangin itu tahu-tahu sudah berada di hadapan Raja Singabarong.

Raja Singabarong terkejut sekali. “Hai Raja Kelanaswandana mau apa kau datang kemari?

Jangan pura-pura bodoh!” sahut Raja Kelanaswandana. “Bukankah kau hendak merampas usahaku dalam memenuhi persyaratan Dewi Sanggalangit!

Hem, jadi kau sudah tahu!” sahut Raja Singabarong dengan penuh rasa malu.

Ya, maka untuk itu aku datang menghukummu!” berkata demikian Raja Kelanaswandana mengeluarkan kesaktiannya. Diarahkan ke bagian kepala Raja Singabarong. Seketika kepala Singabarong berubah. Burung merak yang bertengger di bahunya tiba-tiba melekat jadi satu dengan kepalanya sehingga Raja Singabarong berkepala dua.

Raja Singabarong marah bukan kepalang, ia mencabut kerisnya dan meloncat menyerang Raja Kelanaswandana. Namun Raja Kelanaswandana segera mengayunkan cambuk saktinya bernama Samandiman. Cambuk itu dapat mengeluarkan hawa panas dan suaranya seperti halilintar.

Jhedhaaar…!” begitu terkena cambuk Samandiman, tubuh Raja Singabarong terpental, menggelepar-gelepar di atas tanah. Seketika tubuhnya terasa lemah dan anehnya tiba-tiba tubuhnya berubah menjadi binatang aneh, berkepala dua yaitu kepala harimau dan merak. Ia tidak dapat berbicara dan akalnya telah hilang. Raja Kelanaswandana segera memerintahkan prajurit Bandarangin untuk menangkap Singabarong dan membawanya ke negeri Bandarangin.

Beberapa hari kemudian Raja Kelanaswandana mengirim utusan yang memberitahukan Raja Kediri bahwa ia segera datang membawa persyaratan Dewi Sanggalangit. Raja Kediri langsung memanggil Dewi Sanggalangit.

Anakku apa kau benar-benar bersedia menjadi istri Raja Kelanaswandana?

Ayahanda… apakah Raja Kelanaswandana sanggup memenuhi persyaratan hamba?

Tentu saja, dia akan datang dengan semua persyaratan yang kau ajukan. Masalahnya sekarang, tidakkah kau menyesal menjadi istri Raja Kelanaswandana?

Jika hal itu sudah jodoh hamba akan menerimanya. Siapa tahu kehadiran hamba disisinya akan merubah kebiasaan buruknya itu.” tutur Dewi Sanggalangit.

Demikianlah, pada hari yang ditentukan datanglah rombongan Raja Kelanaswandana dengan kesenian Reog sebagai pengiring. Raja Kelanaswandana datang dengan iringan seratus empat puluh empat ekor kuda kembar, dengan suara gamelan, gendang dan terompet aneh yang menimbulkan perpaduan suara aneh, merdu mendayu-dayu. Ditambah lagi dengan hadirnya seekor binatang berkepala dua yang menari-nari liar namun indah dan menarik hati. Semua orang yang menonton bersorak kegirangan, tanpa terasa mereka ikut menari-nari dan berjingkrak-jingkrak kegirangan mengikuti suara musik.

Demikianlah, pada akhirnya Dewi Sanggalangit menjadi permaisuri Raja Kelanaswandana dan diboyong ke Bandarangin di Wengker. Wengker adalah nama lain dari Ponorogo sehingga di kemudian hari kesenian Reog itu disebut Reog Ponorogo.


Menonton Kuda Lumping Makan Menyan Di Bantul Yogyakarta







Singkawang,20-11-2013
Berbagai budaya unik dapat dinikmati di Yogyakarta
Kabupaten Bantul Yogyakarta tepatnya di Pantai Baron
tergelar pagelaran unik jaran kepang sepanjang hari
Masyarakat dapat nikmati gerak tari gemulai dan tononan yang juga menegangkan
Gerak tari diiringi gamelan membuat pemain jaran kepang nari kesenangan
Dengan sontak irama gamelan membuat pemain jaran kepang ndadi kesurupan
Makan menyan,makan kulit kelapa dan makan pecahan kaca serta terus  ikuti suara gamelan sambil pecut menimpa badannya
Sungguh pesona tari budaya asli Indonesia ,meskipun main dengan serius namun tidak ada penonton yang membayarnya,sungguh layak warga perhati seni ini, mendapatkan penghargaan dari pemerintah.

Mari kita mengetahui cerita Riwayat Tarian Kuda Lumping:

 Tarian tradisional yang dimainkan pada "pola tidak" oleh rakyat biasa telah lahir dan menyukai masyarakat, terutama di Jawa, karena kerajaan kuno yang dapat dilakukan. Awalnya, menurut sejarah, seni kuda lumping lahir sebagai simbol bahwa manusia juga memiliki kemampuan (keunggulan) dalam menghadapi musuh atau terhadap elite kekuasaan yang memiliki tentara kerajaan. Selain itu, juga sebagai media untuk menyajikan hiburan yang murah tapi fenomenal kepada rakyat banyak.

Sekarang, seni kuda lumping masih menjadi sebuah pertunjukan yang cukup membuat hati penonton terpikat. Meskipun keberadaan peninggalan budaya mulai bersaing ketat dengan masuknya seni dan budaya asing ke tanah air mereka, tarian masih menunjukkan daya tarik tinggi. Sampai saat ini, kami tidak tahu siapa atau di mana kelompok-kelompok masyarakat yang memicu (dibuat) kuda lumping pertama kalinya. Bahkan, seni kuda lumping ditemukan di banyak daerah dan masing-masing mengakui sebagai salah satu seni budaya tradisional mereka. Termasuk, menunjukkan beberapa waktu lalu, diakui juga oleh orang-orang dari Johor di Malaysia sebagai miliknya di samping Reog Ponorogo. Penyebaran fenomena seni kuda lumping di berbagai tempat, dengan berbagai pola, bisa menjadi indikator bahwa seni budaya yang tampak penuh sihir kembali "meningkat" sebagai seni budaya yang patut diperhatikan sebagai seni asli Indonesia.




Whipped, kaca dan taburan Api Makan Aku tidak tahu apa yang bisa membuat pemain seperti orang kesurupan. Dilihat dari cara permainannya, para penari kuda lumping seperti memiliki kekuatan yang luar biasa, bahkan tampaknya memiliki kekuatan supranatural. Seni tari yang menggunakan kuda palsu yang terbuat dari anyaman bambu dan diiringi oleh musik gamelan seperti gong, kenong, perkusi dan terompet itu, mampu membuat penonton terkesan oleh setiap atraksi penunggan (penari) kuda lumping. Hebatnya, penari tradisional lumping dari kuda asli umumnya dimainkan oleh gadis-gadis yang berpakaian seperti tentara kerajaan anak. Saat ini, playersmany kuda lumping lebih dilakoni oleh anak laki-laki. Suara prod (cambuk) para pemain yang sengaja dikenakan seni ini, menjadi awal permainan dan masuknya kekuatan mistis yang bisa menghilangkan kesadaran-pemain. Dengan pendakian kuda anyaman bambu, pergelangan kaki kuda penunggan diberi kerincingan ini mulai berjingkrak, melompat berguling-guling di tanah.

Selain melompat, penari kuda lumping itu atraksi lainnya, seperti makan kaca dan mengupas kelapa dengan giginya. Kaca (gelas) yang dimakan adalah bola lampu biasa seperti lampu-lampu rumah kita. Dia rajin makan seperti pecahan orang kelaparan, tidak meringis kesakitan dan tidak ada darah pada saat ia makan kaca-pecahan. Bila dilihat dari kuda lumping permainan keseluruhan, terdengar prod seri tak berujung atraksi yang tampil mendominasi. Agaknya, setiap prod dengan sipenunggang melawan dirinya sendiri, yang pada bagian tubuh kaki atau lainnya, akan memberikan efek magis. Artinya, ketika panjang retak dari anyaman rotan dan pada kaki dan mengayunkan tubuhnya, kuda lumping penari akan merasa lebih kuat, lebih kuat, lebih Digdaya. Umumnya, dalam kondisi itu, ia akan semakin liar dan kuasa melakukan hal-hal muskil dan tidak masuk akal manusia normal dan sehat.

Permainan hidup dan meriah kuda lumping menjadi lebih lengkap dengan tampilan atraksi api. Semburan api yang keluar dari mulut para pemain lainnya, dimulai dengan bensin mengakomodasi dalam mulut mereka dan kemudian disemprotkan pada api yang membakar dalam setangkai kecil dari besi yang ujungnya dibuat sedemikian rupa sehingga api tidak mati sebelum dan sesudah bensin disemprotkan dari mulutnya. Dalam permainan kuda lumping, makna lain yang terkandung adalah warna. Warna-warna yang sangat dominan dalam hal ini yaitu permaian: merah, putih dan hitam. Warna merah melambangkan keberanian dan semangat. Warna putih melambangkan kesucian yang ada di dalam hati juga dianggap mencerminkan pada semua panca indera sehingga dapat berfungsi sebagai model peran dalam hitam.

Sebagai daya tarik penuh mistis dan berbahaya, tarian kuda lumping dilakukan di bawah pengawasan seorang "pimpinan supranatural." Biasanya, pemimpin ini adalah orang yang memiliki gaib tinggi yang dapat mengembalikan sang penari kembali ke kesadaran seperti biasa. Dia juga bertanggung jawab untuk cara atraksi, serta menyembuhkan sakit yang dialami oleh pemain kuda lumping jika sesuatu yang tidak diinginkan dan menyebabkan penyakit atau cedera pada penari. Oleh karena itu, meskipun dianggap sebagai permainan rakyat, kuda lumping tidak dapat dimainkan oleh sembarang orang, tetapi harus di bawah arahan dan pengawasan dari pimpinan.

Perlu Terus Dipelihara dan Dikembangkan Secara garis besar, begitu banyak seni dan budaya di Indonesia familial diwarisi dari nenek moyang Indonesia sampai generasi sekarang. Sekarang, kita sebagai penerus bangsa merupakan pewaris dari seni budaya tradisional karena mereka harus menjaga dan memelihara dengan benar. Tugas kita adalah untuk mempertahankan dan mengembangkannya, sehingga dari hari ke hari tidak hilang dan menghilang dari harta artistik masyarakat kita.

Satu hal yang kita harus menyadari bahwa Indonesia masih terjajah sampai sekarang dengan masuknya budaya asing yang mencoba untuk menyingkirkan budaya lokal. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa bangkit bersama-sama untuk membawa kembali budaya karena ada punah kuno dan tidak menelan zaman modern. Untuk itu, Pemerintah dan masyarakat diharapkan untuk terus mengeksplorasi kembali budaya apa yang hingga saat ini hampir tidak ada suara lagi, untuk kemudian kembali dikembangkan dan melestarikan nilai-nilai budaya Indonesia.

Kuda Lumping adalah seni tari yang dimainkan dengan properti kuda imitasi, terbuat dari anyaman bambu atau kepang. Tak satu pun dari catatan sejarah dapat menjelaskan asal usul tarian ini, hanya riwayat verbal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Yang mengatakan, tari Kuda Lumping merupakan bentuk apresiasi dan dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghadapi penjajah Belanda. Ada juga versi yang mengatakan, bahwa tari Kuda Lumping menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah, dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Versi lain mengatakan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi pasukan Belanda.

Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, tari Kuda Lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek militer dari pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah-tengah pertempuran. Seringkali dalam pertunjukan tari Kuda Lumping, juga menampilkan atraksi yang menunjukkan kekuatan supranatural bau magis, seperti atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar dirinya sendiri, berjalan di atas pecahan kaca, dan lain-lain. Mungkin, atraksi ini merefleksikan kekuatan supranatural, yang di kerajaan Jawa kuno berkembang di lingkungan, dan merupakan aspek non militer yang digunakan untuk melawan pasukan Belanda.

Di Jawa Timur, yang akrab dengan komunitas seni di beberapa daerah, seperti Malang, Nganjuk, Tulungagung, dan daerah lainnya. Tarian ini biasanya ditampilkan pada acara-acara tertentu, seperti menyambut tamu kehormatan, dan sebagai ucapan syukur, niat yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa.

Dalam pementasanya, tidak perlu koreografi khusus, dan penyediaan peralatan serta Karawitan gamelan. Gamelan untuk mengiringi tarian Kuda Lumping cukup sederhana, hanya terdiri dari Kendang, Kenong, Gong, dan terompet, suling terdengar melengking. Puisi-puisi yang dibawa untuk mengiringi tari, biasanya berisi imbauan bagi orang-orang selalu melakukan perbuatan baik dan selalu ingat pada Sang Pencipta. Selain mengandung unsur hiburan dan agama, kesenian tradisional Kuda Lumping sering juga merupakan unsur ritual. Karena sebelum acara dimulai, biasanya hujan pawang akan melakukan ritual, untuk mempertahankan cuaca cerah ingat untuk menjaga acara ini biasanya dilakukan di lapangan terbuka.

Dalam setiap pagelarannya, tari Kuda Lumping 4 fragmen menyajikan tarian yang merupakan 2 kali Buto Lawas dance, tari Senterewe, dan tari Begon Putri. Pada fragmen Buto Lawas, biasanya ditarikan oleh laki-laki saja dan terdiri dari 4 sampai 6 orang penari. Beberapa penari muda naik anyaman bambu dan menari mengikuti alunan musik. Pada bagian ini, para penari Buto Lawas telah dimiliki atau dikuasai oleh roh. Para penonton juga tidak luput dari fenomena kepemilikan. Banyak orang lokal yang menyaksikan acara ke trans dan menari dengan penari. Dalam alam bawah sadar, mereka terus menari dengan gerakan enerjik dan terlihat kompak dengan para penari lainnya.

Untuk mengembalikan kesadaran para penari dan penonton yang dimiliki, dalam hal apapun selalu hadir progenitor nya, orang yang memiliki kemampuan supranatural yang kehadirannya dapat dikenali melalui pakaian yang dikenakannya semua hitam. Nenek moyang ini akan memberikan penawar hingga kesadaran para penari dan penonton pulih. Pada fragmen selanjutnya, penari pria dan wanita membawa bergabung dengan senterewe tari.

Pada fragmen terakhir, dengan gerakan-gerakan yang lebih santai, enam wanita membawa tari Begon Putri, yang merupakan tarian penutup seluruh rangkaian

Pesona Adat Budaya Tari Barong Baliku








Singkawang,20-11-2013
Budaya dan tradisi Bali merupakan kekayaan Indonesia yang luar biasa
Dunia sudah mengakui bahwa ,Bali merupakan pesona dunia
Berbagai turis seluruh dunia pernah menghadiri Bali
Pimpinan Negara sering mengadakan kegiatan di Bali
Tari Kecak,Barong dan sembahan adat pada sang widi menjadi daya tarik tersendiri
Sudah selayaknya dunia turut menjaga keamanannya,agar jangan timbul lagi Bom menghancurkan Baliku
Kembalikan Baliku,agar seluruh rakyat nusantara mendukung dan menjual pesonamu
Baliku Indonesaku aku bangga sebagai wargamu.

Sebaiknya mari kita kenali Tari barong Bali:

 Tari Barong adalah tarian khas Bali yang berasal dari khazanah kebudayaan Pra-Hindu. Tarian ini menggambarkan pertarungan antara kebajikan (dharma) dan kebatilan (adharma). Wujud kebajikan dilakonkan oleh Barong, yaitu penari dengan kostum binatang berkaki empat, sementara wujud kebatilan dimainkan oleh Rangda, yaitu sosok yang menyeramkan dengan dua taring runcing di mulutnya.

Ada beberapa jenis Tari Barong yang biasa ditampilkan di Pulau Bali, di antaranya Barong Ket, Barong Bangkal (babi), Barong Macan, Barong Landung. Namun, di antara jenis-jenis Barong tersebut yang paling sering menjadi suguhan wisata adalah Barong Ket, atau Barong Keket yang memiliki kostum dan tarian cukup lengkap.

Kostum Barong Ket umumnya menggambarkan perpaduan antara singa, harimau, dan lembu. Di badannya dihiasi dengan ornamen dari kulit, potongan-potongan kaca cermin, dan juga dilengkapi bulu-bulu dari serat daun pandan. Barong ini dimainkan oleh dua penari (juru saluk/juru bapang): satu penari mengambil posisi di depan memainkan gerak kepala dan kaki depan Barong, sementara penari kedua berada di belakang memainkan kaki belakang dan ekor Barong.

Secara sekilas, Barong Ket tidak jauh berbeda dengan Barongsai yang biasa dipertunjukkan oleh masyarakat Cina. Hanya saja, cerita yang dimainkan dalam pertunjukan ini berbeda, yaitu cerita pertarungan antara Barong dan Rangda yang dilengkapi dengan tokoh-tokoh lainnya, seperti Kera (sahabat Barong), Dewi Kunti, Sadewa (anak Dewi Kunti), serta para pengikut Rangda.

Barong Ket atau Barong Keket adalah tari Barong yang paling banyak terdapat di Bali dan paling sering dipentaskan serta memiliki pebendaharaan gerak tari yang lengkap. Dari wujudnya, Barong Ket ini merupakan perpaduan antara singa, macan, sapi atau boma. Badan Barong ini dihiasi dengan ukiran-ukiran dibuat dari kulit, ditempel kaca cermin yang berkilauan dan bulunya dibuat dari perasok (serat dari daun sejenis tanaman mirip pandan), ijuk atau ada pula dari bulu burung gagak.

Hentikan Pembantaian Hewan langka Yang Dilindungi












Singkawang 19-11-2013
Salah satu mahasiswa  di Surabaya pemerhati lingkungan  yang berasal  dari Singkawang,Luthfi aditya menjelaskan
Sungguh sangat disayangkan langkah yang diambil oleh pemerintah dalam mengatasi persoalan pelestarian hewan langka belum optimal,hal tersebut dapat kita lihat di sana sini adanya pembantaian hewan  baik gajah,orang utan,penyu,burung ,beruang,ikan hiu yang ada  di berbagai daerah  dilakukan dengan tanpa ada rasa belas kasihan dan rasa turut serta bertanggung jawab dan melindungi hewan langka tersebut.

"Aparat hukum dan Pemerintah   harus terus berupaya menanggulangi adanya oknum yang berusaha menjual belikan hewan langka  ke luar negeri baik hewan langka yang dilindungi yang masih hidup maupun yang sudah mati ,tentunya pemberantasan perdagangan ilegal ini juga  harusnya dibarengi dengan upaya pencegahan agar masyarakat dan pemerintah  dan masyarakat semua untuk menyadarkan pentingnya pelestarian  alam dan hewani serta sosialisasi tentang dampak  hukum bila  itu dilanggar," Ucap Luthfi .

 Seperti akhir akhir ini terjadi   di Sumatera pembasmian Gajah maupun Harimau dilakukan,begitu juga terjadi  di Kalimantan Barat seiring dengan pesatnya perluasan perkebunan sawit, memicu terjadinya konflik antara perkebunan sawit dan satwa langka  khususnya orangutan. Orang utan seringkali dianggap hama, sehingga orang utan dibantai secara sistematis seperti dalam kasus diberbagai daerah di Kalimantan Barat. Seharusnya dalam upaya pengembangan daerah perluasan kebun sawit tidak mengganggu hewan yang dilindungi seperti yang dijelaskan  dalam UU no 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Selain pentingnya penegakan hukum, dalam kasus konflik orang utan dan pengelola  sawit, perlu juga dilakukan pedekatan secara langsung ke masyarakat lokal dan pihak pengelola ,juga  penting upaya  untuk meningkatkan kesadaran masyarakat lokal dan perkebunan sawit untuk turut serta menjaga dan bertanggung jawab  menjaga kelestarian orang utan di Kalimantan barat.

Sekdes Peniraman Kabupaten Pontianak Effendi Musa (22/10), mengatakan Perpindahnya orang utan dari hutan ke kota bukan hanya di Ketapang saja,namun di Peniraman juga ada,Kemarin di Desa Danau Kecamatan Sungai Pinyu Kabupaten Pontianak khususnya warga RT 20 beramai ramai menangkap seekor Orang utan besarnya seperti manusia dewasa,setelah dipelihara dan dikasih makan tidak mau akhirnya mati ,mungkin sebelum ditangkap orang utannya sakit.
  Selanjutnya Effendi mengharapkan Semestinya Pemerintah tanggap langkah apa guna antisipasi masalah orang utan yang banyak keluar dari hutan,janganlah sampai  dibunuh atau dilukai  tapi peliharalah dengan baik,apalagi orang utan itu juga termasuk hewan yang dilindungi.(ky)