Kamis, 24 Oktober 2019

MENIKMATI INDAHNYA KULINER DI KUCING MALASIA

Kota Kuching merupakan kota terbesar ke-4 di Malaysia. Ada berbagai suku di sana, seperti Melayu, Dayak, dan berbagai suku kecil lainnya. Kuching merupakan ibu kota negara bagian Serawak, salah satu negara bagian di Malaysia yang terletak di Pulau Kalimantan atau warga Malaysia biasa menyebutnya dengan Borneo. Malaysia memiliki 2 negara bagian di Pulau Borneo ini, yakni Serawak yang di Kuching dan Sabah yang berpusat di Kinabalu. Dua negara bagian ini menemani negara Brunei Darussalam di sebelah utara salah satu pulau terbesar di dunia, Kalimantan. Kuching merupakan kota terbesar keempat di Malaysia setelah Kuala Lumpur, Penang dan Johor Bahru. Kemajuan ekonomi di Malaysia membuat pembangunannya merata. Di bagian utara semenanjung ada pusat bisnis, Penang. Di sebelah selatan, Johor Bahru menjadi kota terbesar, sementara di Borneo ada Kuching. Kuching mudah diakses melalui Pontianak. Namun kunjungan saya ke Kuching kali ini melalui bandara Changi di Singapura menggunakan pesawat Malaysia Airlines. Sebelum mendarat di Kuching International Airport, kita disajikan hamparan hutan dan perkebunan sawit yang menjadi komoditas utama Malaysia di Borneo. Seperti halnya daerah lain di Kalimantan, kesuburan tanahnya menjadikan banyak tumbuhan kayu hidup disini, sangat alami. Namun yang membedakan di Indonesia dan Malaysia adalah masalah infrastruktur, terutama transportrasi. Jalan tol jalur terlihat membagi rapi deretan pepohonan di Serawak lengkap dengan trotoar yang luas standar internasional. Hamparan sungai yang kuning menandakan tanah di pulau ini sangat subur. Di tengah-tengah perkebunan tampak pabrik-pabrik yang sepertinya menjadi tempat pengolahan sawit. Kuching ditata rapi meski tidak sesibuk kehidupan di Penang dan Kuala Lumpur. Barisan bangunan modern menampilkan ciri khas kota yang sudah maju bersanding dengan luasnya jalan raya dan kebersihan kota. Kuching dihuni oleh banyak suku, seperti halnya di Semenanjung Malaysia. Namun keberagaman di Kuching lebih beragam dengan hadirnya Suku Bugis, India, China, Banjar, Dayak, Jawa, dan suku peranakan Melayu lainnya. Keberagaman ini ditandai dengan megahnya Masjid Agung Serawak, ramainya Pasar Main Bazaar di India Street, masih berdirinya Astana dan Fort Margherita peninggalan Inggris, indahnya Tua Pek Kong temple di pusat kota ditambah lagi dengan Chinese History Museum. Kuching seakan mewakili slogan wisata Malaysia, Truly Asia. Sebagai traveler, saya tidak pernah melewatkan sajian makanan khas daerah yang saya kunjungi. Setelah bertanya dengan resepsionis di resort tempat saya tinggal, ternyata makanan khas dari Kuching adalah Cake Lapis, kue bolu yang dibuat dengan lapisan bewarna warni dengan berbagai motif, hampir seperti motif batik dari Kalimantan. Selain kudapan itu, Kuching terkenal dengan Ikan Terubok, ikan yang sudah dikeringkan, hampir sama dengan ikan asin yang banyak dijual di pantai barat Aceh. Pusat keramaian Kuching terletak di kawasan Waterfront. Sesuai namanya, daerah ini memang terletak di tepi sungai, yang membelah Kota Kuching menjadi dua bagian. Berbagai jenis jajanan dan makanan terutama seafood disajikan dari yang paling murah hingga yang paling mahal, semuanya halal. Terdapat beberapa hotel yang terletak di pinggir sungai yang ikut menambah kecantikan waterfront Kota Kuching. Pengunjung pun bisa menyebrang dari satu sisi ke sisi yang lain dengan menaiki perahu dengan biaya sangat murah, hanya RM 1. Berbicara nama Kuching, nama ini ternyata erat sekali dengan hewan kesayangan Nabi Muhammad SAW, yakni Kucing. Nama kota Kuching memang diambil dari nama hewan tersebut. Di pusat kota, terdapat Museum Kucing (Cat Museum) yang menampilkan ribuan artefak kucing. Museum yang hanya buka di pagi hingga sore hari ini. Di Kuching, tepatnya dikawasan Damai, berdekatan dengan Gunung Santubung terdapat Kampung Budaya Serawak yang berisikan berbagai rumah adat dari berbagai suku di Serawak. Setiap hari diadakan berbagai tarian khas, sajian pembuatan kue tradisional dan berbagai kegiatan daerah yang mencirikan suku tersebut. Kita juga dapat membeli souvenir-souvenir sebagai oleh-oleh.