Sabtu, 31 Maret 2018

MEDIO AKHIR 2017, MENGENAL DINGINNYA PUNCAK GUNUNG BROMO BERSAMA 2 JAGOANKU

Gunung Bromo, siapa yang tidak mengenal kepopuleran gunung berapi yang masih aktif ini. Gunung Bromo adalah gunung yang paling terkenal di Jawa Timur dengan kunjungan yang paling ramai setiap tahunnya. Gunung Bromo memiliki ketinggian 2.392 Meter dari atas permukaan laut dan berada dalam empat lingkup kabupaten, yaitu Probolinggo, Pasuruan, Lumajang dan Kabupaten Malang. Keadaan alam gunung Bromo bertautan pula dengan lembah, ngarai, caldera atau lautan pasir dengan luas sekitar 10 Km. Gunung Bromo juga termasuk dalam satu kawasan Bromo Tengger Semeru National Park, dimana terdapat beberapa obyek wisata yang bisa dikunjungi seperti, Gunung Semeru, Gunung Tengger, Gunung Batok, beberapa danau dan Gunung Bromo sendiri. Sebagai gunung berapi yang masih aktif, Gunung Bromo telah mengalami letusan dengan interval waktu yang teratur dalam 20 abad ini, yakni sekitar 30 tahun sekali. Letusan terbesar terjadi pada tahun 1974 dan kembali meletus di tahun 2010. Selain keindahan yang tersimpan di Gunung Bromo, Yadna Kasada atau Upacara Kasodo lah yang membuat Gunung Bromo menjadi tujuan destinasi utama setiap tahunnya. Upacara Kasodo digelar setiap tahun pada bulan purnama di bulan Desember atau January. Asal muasal Upacara Kasodo ini bermula sejak abad ke-15 di mana diceritakan tentang seorang putri bernama Roro Anteng yang memimpin kerajaan Tengger dengan suaminya, Joko Seger. Pasangan ini tidak memiliki anak dan karena itu mereka berdoa dan memohon kepada dewa-dewa gunung untuk diberikan anak. Dari permohonan mereka, dewa memberi 24 anak dan mewajibkan bagi mereka untuk mengorbankan anak ke 25 mereka untuk dilempar kedalam gunung berapi. Permintaan dewa inipun dilaksanakan sehingga menjadi tradisi sampai saat ini. Rakyat Tengger melakukan upacara Kasada dengan melemparkan hasil bumi ke dalam kawah Bromo sebagai ucapan syukur atas panen yang diterima dan sebagai permohonan untuk panen yang lebih melimpah di musim selanjutnya. Meskipun penuh dengan bahaya, terdapat beberapa penduduk setempat yang mengambil resiko dengan naik dan turun ke kawah dalam upaya untuk mengambil kembali barang yang dikorbankan yang diyakini bisa membawa keberuntungan.

KENANGAN 2016, MERASAKAN PENDAKIAN GUNUNG KERINCI , YANG LUAR BIASA DINGIN

GUNUNG KERINCI, PESONA INDAH YANG TERLETAK DI DUA PROPINSI DI SUMATRA Gunung Kerinci dari Solok Selatan (Foto/Antoni Putra) SIAPA yang tidak tau dengan Gunung Kerinci, gunung kedua tertinggi di Indonesia dan gunung berapi tertinggi di Indonesia. Penampakan nya nan elok dan dikenal sakti oleh masyarakat setempat menjadikan gunung ini kebanggaan masyarakat dua provinsi. Secara geografis Gunung Kerinci terletak di dua provinsi, Jambi dan Sumatera Barat, tepatnya di Kabupaten Kerinci dan Solok Selatan. Sebetulnya sebagian besar letak Gunung Kerinci berada di Sumatera Barat (sekitar 60%) dan Jambi (40%). Namun masyarakat lebih mengenal Gunung Kerinci terletak di Provinsi Jambi. Mungkin ini dikarenakan penamaan “Kerinci” lebih identik dengan Kabupaten Kerinci yang letaknya di Provinsi Jambi, sementara Solok Selatan yang letaknya di Sumatera Barat kurang dekat dengan penamaan “Kerinci” itu sendiri. Namun begitu, Gunung kerinci tetap menjadi Primadona nya dua provinsi, terlebih karena keindahannya dapat dinikmati bebas dari dua kabupaten yang berbeda provinsi tersebut. Gunung Kerinci seolah hadir sebagai pancang pembatas dua provinsi. Keberadaannya membatasi dua bentuk daratan, budaya, karakter masyarakat dan bahkan raut wajah. Wilayah sumbar dikenal banyak gunung, sementara Jambi relatif lebih banyak dataran. Konon katanya, Gunung Kerinci merupakan batas kekuasaan Minang di zaman dahulu. Sebagaimana yang dikatakan dalam pepatah adat Minang yang mengatakan wilayah Minangkabau itu “sajak dari Riak nan badabua, siluluak punai mati, sirangkak nan batangkuang, Buayo putiah daguak, Taratak Ayia hitam, sampai ka durian nan ditakukuak rajo”. Di dua kabupaten sekitar Gunung Kerinci terdapat tanda-tanda alam yang membenarkan falsafah itu. “sirangkak nan badangkiang” ada di Solok Selatan, sementara di kerinci tidak ada, “Buayo Putiah Daguak” dikenal dekat dengan masyarakat adat Lubuk Gadang, miliknya orang melayu di Solok Selatan. Kemudian keadaan alam di sekitar gunung kerinci yang masih asri dan sebagian besar belum terjemah manusia juga menjadikan daerah ini sebagai sarangnya berbagai spesies hewan. Seperti harimau, beruang, rusa, burung, dan banyak lainnya. Yang tidak kalah menarik, di hutan sekitar Gunung Kerinci adalah tempat subur tumbuhnya bunga raksasa Rafflesia. Oleh masyarakat setempat bunga ini dianggap sebagai tumbuhan liar karena banyak dijumpai. Jika anda ingin berkunjung ke Gunung Kerinci, saya merekomendasikan berkunjunglah ke Solok Selatan, sebab di sini gunung kerinci akan terlihat lebih tinggi dari pada dari kerinci. Selain itu, anda akan menemukan bunga bangkai lebih mudah dari pada di Kabupaten Kerinci.