Singkawang,20-11-2013
Ponorogo Jawa Timur  merupakan kota warok juga bisa disebut kota Reog
Reog Ponorogo kesenian yang dikenal seluruh dunia
Banyak kita temui Tari Reog digelar diberbagai negara dan diberbagai daerah Nusantara
Reog beratnya sampai 60 kg sering  tampil  di Eropa,Amerika maupun Asia 
Bahkan Malasia negara Tetangga sempat mengakui bahwa Reog keseniannya
Ponorogo disamping daerah agamis juga penuh dengan adat seni dan budaya
Aku juga dapat nikmati dawet dan sate yang nikmat di Kota Reog
Kuberharap Reog terus dibudayakan dan dilestarikan sejak anak anak usia sekolah TK  maupun SD
Warok Suromenggolo dan Tari Ganong seiring Gerakan gebyar Reognya sungguh takjub dibuatnya.
Sebaiknya mari kita ketahui asal cerita Reog Ponorogo:
Dahulu kala ada seorang puteri yang 
                              cantik jelita bernama Dewi Sanggalangit. Ia puteri 
                              seorang raja yang terkenal di Kediri. Karena wajahnya 
                              yang cantik jelita dan sikapnya yang lemah lembut 
                              banyak para pangeran dan raja-raja yang ingin meminangnya 
                              untuk dijadikan sebagai istri.
Namun sayang Dewi Sanggalangit nampaknya belum berhasrat 
                              untuk berumah tangga. Sehingga membuat pusing kedua 
                              orang tuanya. Padahal kedua orang tuanya sudah sangat 
                              mendambakan hadirnya seorang cucu. “
Anakku, 
                              sampai kapan kau akan menolak setiap pangeran yang 
                              datang melamarmu?” tanya Raja pada 
                              suatu hari.
“
Ayahanda… sebenarnya 
                              hamba belum berhasrat untuk bersuami. Namun jika 
                              ayahanda sangat mengharapkan, baiklah. Namun hamba 
                              minta syarat, calon suami hamba harus bisa memenuhi 
                              keinginan hamba.”
“
Lalu apa keinginanmu 
                              itu?”
“
Hamba belum tahu…”
“
Lho? Kok aneh…?” 
                              sahut Baginda.
“
Hamba akan bersemedi 
                              minta petunjuk Dewa. Setelah itu hamba akan menghadap 
                              ayahanda untuk menyampaikan keinginan hamba.”
Demikianlah, tiga hari tiga malam Dewi Sanggalangit 
                              bersemedi. Pada hari keempat ia menghadap ayahandanya.
“
Ayahanda, calon suami 
                              hamba harus mampu menghadirkan suatu tontonan yang 
                              menarik. Tontonan atau keramaian yang belum ada 
                              sebelumnya. Semacam tarian yang diiringi tabuhan 
                              dan gamelan. Dilengkapi dengan barisan kuda kembar 
                              sebanyak seratus empat puluh ekor. Nantinya akan 
                              dijadikan iringan pengantin. Terakhir harus dapat 
                              menghadirkan binatang berkepala dua.”
“
Wah berat sekali syaratmu 
                              itu!” sahut Baginda.
Meski berat syaratnya itu tetap diumumkan kepada 
                              segenap khalayak ramai. Siapa saja boleh mengikuti 
                              sayembara itu. Tidak peduli para pangeran, putera 
                              bangsawan atau rakyat jelata.
Para pelamar yang tadinya menggebu-gebu untuk memperistri 
                              Dewi Sanggalangit jadi ciut nyalinya. Banyak dari 
                              mereka yang mengundurkan diri karena merasa tak 
                              sanggup memenuhi permintaan sang Dewi.
Akhirnya tinggal dua orang yang menyatakan sanggup 
                              memenuhi permintaan Dewi Sanggalangit. Mereka adalah 
                              Raja Singabarong dari Kerajaan Lodaya dan Raja Kelanaswandana 
                              dari Kerajaan Bandarangin.
Baginda Raja sangat terkejut mendengar kesanggupan 
                              kedua raja itu. Sebab Raja Singabarong adalah manusia 
                              yang aneh. Ia seorang manusia yang berkepala harimau. 
                              Wataknya buas dan kejam. Sedang Kelanaswandana adalah 
                              seorang raja yang berwajah tampan dan gagah, namun 
                              punya kebiasaan aneh, suka pada anak laki-laki. 
                              Anak laki-laki itu dianggapnya sebagai gadis-gadis 
                              cantik.
Namun semua sudah terlanjur, Dewi Sanggalangit tidak 
                              bisa menggagalkan persyaratan yang telah diumumkan.
Raja Singabarong dari Kerajaan Lodaya memerintah 
                              dengan bengis dan kejam. Semua kehendaknya harus 
                              dituruti. Siapa saja dari rakyatnya yang membangkang 
                              tentunya akan dibunuh. Raja Singabarong bertubuh 
                              tinggi besar. Dari bagian leher ke atas berwujud 
                              harimau yang mengerikan. Berbulu lebat dan penuh 
                              dengan kutu-kutu. Itulah sebabnya ia memelihara 
                              seekor burung merak yang rajin mematuki kutu-kutunya.
Ia sudah mempunyai selir yang jumlahnya banyak sekali. 
                              Namun belum mempunyai permaisuri. Menurutnya sampai 
                              detik ini belum ada wanita yang pantas menjadi permaisurinya, 
                              kecuali Dewi Sanggalangit dari Kediri. Karena itu 
                              ia sangat berharap dapat memenuhi syarat yang diajukan 
                              oleh Dewi Sanggalangit.
Raja Singabarong telah memerintahkan kepada para 
                              abdinya untuk mencarikan kuda-kuda kembar. Mengerahkan 
                              para seniman dan seniwatinya menciptakan tontonan 
                              yang menarik, dan mendapatkan seekor binatang berkepala 
                              dua. Namun pekerjaan itu ternyata tidak mudah. Kuda 
                              kembar sudah dapat dikumpulkan, namun tontonan dengan 
                              kreasi baru belum tercipta, demikian pula binatang 
                              berkepala dua belum didapatkannya.
Maka pada suatu hari ia memanggil patihnya yang 
                              bernama Iderkala.
“
Hai Patih coba kamu selidiki 
                              sampai bagaimana si Kelanaswandana mempersiapkan 
                              permintaan Dewi Sanggalangit. Kita jangan sampai 
                              kalah cepat oleh Kelanaswandana.”
Patih Iderkala dengan beberapa prajurit pilihan 
                              segera berangkat menuju kerajaan Bandarangin dengan 
                              menyamar sebagai seorang pedagang. Mereka menyelidiki 
                              berbagai upaya yang dilakukan oleh Raja Kelanaswandana. 
                              Setelah melakukan penyelidikan dengan seksama selama 
                              lima hari mereka kembali ke Lodaya.
“
Ampun Baginda. Kiranya 
                              si Kelanaswandana hampir berhasil mewujudkan permintaan 
                              Dewi Sanggalangit. Hamba lihat lebih dari seratus 
                              ekor kuda kembar telah dikumpulkan. Mereka juga 
                              telah menyiapkan tontonan yang menarik, yang sangat 
                              menakjubkan.” Patih Iderkala melaporkan.
“
Wah celaka! Kalau begitu 
                              sebentar lagi dia dapat merebut Dewi Sanggalangit 
                              sebagai istrinya.” kata Raja Singabarong. 
                              “
Lalu bagaimana dengan 
                              binatang berkepala dua, apa juga sudah mereka siapkan?”
“
Hanya binatang itulah 
                              yang belum mereka siapkan. Tapi nampaknya sebentar 
                              lagi mereka dapat menemukannya.” sambung 
                              Patih Iderkala.
Raja Singabarong menjadi gusar sekali. Ia bangkit 
                              berdiri dari kursinya dan berkata keras.
“
Patih Iderkala! Mulai 
                              hari ini siapkan prajurit pilihan dengan senjata 
                              yang lengkap. Setiap saat mereka harus siap diperintah 
                              menyerbu ke Bandarangin.”
Demikianlah, Raja Singabarong bermaksud merebut 
                              hasil usaha keras Raja Kelanaswandana. Setelah mengadakan 
                              persiapan yang matang, Raja Singabarong memerintahkan 
                              prajurit mata-mata untuk menyelidiki perjalanan 
                              yang akan ditempuh Raja Kelanaswandana dari Wengker 
                              menuju Kediri. Rencananya Raja Singabarong akan 
                              menyerbu mereka di perjalanan dan merampas hasil 
                              usaha Raja Kelanaswandana untuk diserahkan sendiri 
                              kepada Dewi Sanggalangit.
Raja Kelanaswandana yang memerintah kerajaan Wengker 
                              berwajah tampan dan bertubuh gagah. Ia memerintah 
                              dengan adil dan bijaksana. Namun ada wataknya yang 
                              tidak baik, ia suka mencumbui anak laki-laki. Ia 
                              menganggap anak laki-laki yang berwajah tampan dan 
                              bertubuh molek itu seperti gadis-gadis remaja. Hal 
                              ini sangat mencemaskan pejabat kerajaan dan para 
                              pendeta. Menimbulkan kesedihan bagi para rakyat 
                              yang harus kehilangan anak laki-lakinya sebagai 
                              pemuas nafsu Raja.
Patih Pujanggeleng dan pendeta istana sudah berusaha 
                              menasehati Raja agar meninggalkan kebiasaan buruknya 
                              itu namun saran mereka tiada gunanya. Raja tetap 
                              saja mengumpulkan puluhan anak laki-laki yang berwajah 
                              tampan.
Pada suatu hari Raja Kelanaswandana memanggil semua 
                              pejabat kerajaan dan para pendeta. Ia berkata bahwa 
                              ia akan menghentikan kebiasaannya jika dapat memperistri 
                              Dewi Sanggalangit dari Kediri. Sebab semalam ia 
                              mimpi bertemu dengan gadis cantik jelita itu dalam 
                              tidur. Menurut para Dewa gadis itulah yang akan 
                              menghentikan kebiasaan buruknya mencumbui anak laki-laki.
Seluruh pejabat dan pendeta menyetujui kehendak 
                              Raja yang ingin memperistri Dewi Sanggalangit. Maka 
                              ketika mereka mendengar persyaratan yang diajukan 
                              Dewi Sanggalagit, mereka tiada gentar, seluruh kawula 
                              kerajaan, baik para pejabat, seniman, rakyat biasa 
                              rela bekerja keras guna memenuhi permintaan Dewi 
                              Sanggalangit.
Karena mendapat dukungan seluruh rakyatnya maka 
                              dalam tempo yang tidak begitu lama Raja Kelanaswandana 
                              dapat menyiapkan permintaan Dewi Sanggalangit. Hanya 
                              binatang berkepala dua yang belum didapatnya. Patih 
                              Pujanggeleng yang bekerja mati-matian mencarikan 
                              binatang itu akhirnya angkat tangan, menyatakan 
                              ketidaksanggupannya kepada Raja.
“
Tidak mengapa!” 
                              kata Raja Kelanaswandana. ”
Soal 
                              binatang berkepala dua itu aku sendiri yang akan 
                              mencarinya. Sekarang tingkatkan kewaspadaan, aku 
                              mencium gelagat kurang baik dari kerajaan tetangga.”
“
Maksud Baginda?” 
                              tanya Patih Pujanggeleng penasaran.
“
Coba kau menyamar jadi 
                              rakyat biasa, berbaurlah dengan penduduk di pasar 
                              dan keramaian lainnya.”
Perintah itu dijalankan, maka Patih Pujanggeleng 
                              mengerti maksud Raja. Ternyata ada penyusup dari 
                              kerajaan Lodaya. Mereka adalah para prajurit pilihan 
                              yang menyamar sebagai pedagang keliling. Patih Pujanggeleng 
                              yang juga mengadakan penyamaran serupa akhirnya 
                              dapat mengorek keterangan secara halus apa maksud 
                              prajurit Lodoya itu datang ke Bandarangin.
Prajurit Lodaya merasa girang setelah mendapatkan 
                              keterangan yang diperlukan. Ia bermaksud kembali 
                              ke Lodoya. Namun sebelum melewati perbatasan, anak 
                              buah Patih Pujanggeleng sudah mengepungnya, karena 
                              prajurit itu melawan maka terpaksa para prajurit 
                              Bandarangin membunuhnya.
Patih Pujanggeleng menghadap Raja Kelanaswandana.
“
Apa yang kau dapatkan?” 
                              tanya Raja Kelanaswandana.
“
Ada penyusup dari kerajaan 
                              Lodaya yang ingin mengorek keterangan tentang usaha 
                              Baginda memenuhi persyaratan Dewi Sanggalangit. 
                              Raja Singabarong hendak merampas usaha Baginda dalam 
                              perjalanan menuju Kediri.”
“
Kurang ajar!“ 
                              sahut Raja Kelanaswandana. “
Jadi 
                              Raja Singabarong akan menggunakan cara licik untuk 
                              memperoleh Dewi Sanggalangit. Kalau begitu kita 
                              hancurkan kerajaan Lodaya. Siapkan bala tentara 
                              kita.”
Sementara itu Raja Singabarong yang menunggu laporan 
                              dari prajurit mata-mata yang dikirim ke Bandarangin 
                              nampak gelisah. Ia segera memerintahkan Patih Iderkala 
                              menyusul ke perbatasan. Sementara dia sendiri segera 
                              pergi ke tamansari untuk menemui si burung merak, 
                              karena pada saat itu kepalanya terasa gatal sekali.
“
Hai burung merak! Cepat 
                              patukilah kutu-kutu di kepalaku!” teriak 
                              Raja Singabarong dengan gemetaran menahan gatal.
Burung merak yang biasa melakukan tugasnya segera 
                              hinggap di bahu Raja Singabarong lalu mematuki kutu-kutu 
                              di kepala Raja Singabarong.
Patukan-patukan si burung merak terasa nikmat, asyik, 
                              bagaikan buaian sehingga Raja Singabarong terlena 
                              dan akhirnya tertidur. Ia sama sekali tak mengetahui 
                              keadaan di luar istana. Karena tak ada prajurit 
                              yang berani melapor kepadanya. Memang sudah diperintahkan 
                              kepada prajurit bahwa jika ia sedang berada di tamansari 
                              siapapun tidak boleh menemui dan mengganggunya, 
                              jika perintah itu dilanggar maka pelakunya akan 
                              dihukum mati.
Karena tertidur ia sama sekali tak mengetahui jika 
                              di luar istana pasukan Bandarangin sudah datang 
                              menyerbu dan mengalahkan prajurit Lodaya. Bahkan 
                              Patih Iderkala yang dikirim ke perbatasan telah 
                              binasa lebih dahulu karena berpapasan dengan pasukan 
                              Bandarangin.
Ketika peperangan itu sudah merembet ke dalam istana 
                              dekat tamansari barulah Raja Singabarong terbangun 
                              karena mendengan suara ribut-ribut. Sementara si 
                              burung mereka masih terus bertengger mematuki kutu-kutu 
                              dikepalanya, jika dilihat sepintas dari depan Raja 
                              Singabarong seperti binatang berkepala dua yaitu 
                              berkepala harimau dan burung merak.
“
Hai mengapa kalian ribut-ribut?” 
                              teriak Raja Singabarong.
Tak ada jawaban, kecuali berkelebatnya bayangan 
                              seseorang yang tak lain adalah Raja Kelanaswandana. 
                              Raja Bandarangin itu tahu-tahu sudah berada di hadapan 
                              Raja Singabarong.
Raja Singabarong terkejut sekali. “
Hai 
                              Raja Kelanaswandana mau apa kau datang kemari?”
“
Jangan pura-pura bodoh!” 
                              sahut Raja Kelanaswandana. “
Bukankah 
                              kau hendak merampas usahaku dalam memenuhi persyaratan 
                              Dewi Sanggalangit!”
“
Hem, jadi kau sudah tahu!” 
                              sahut Raja Singabarong dengan penuh rasa malu.
“
Ya, maka untuk itu aku 
                              datang menghukummu!” berkata demikian 
                              Raja Kelanaswandana mengeluarkan kesaktiannya. Diarahkan 
                              ke bagian kepala Raja Singabarong. Seketika kepala 
                              Singabarong berubah. Burung merak yang bertengger 
                              di bahunya tiba-tiba melekat jadi satu dengan kepalanya 
                              sehingga Raja Singabarong berkepala dua.
Raja Singabarong marah bukan kepalang, ia mencabut 
                              kerisnya dan meloncat menyerang Raja Kelanaswandana. 
                              Namun Raja Kelanaswandana segera mengayunkan cambuk 
                              saktinya bernama Samandiman. Cambuk itu dapat mengeluarkan 
                              hawa panas dan suaranya seperti halilintar.
“
Jhedhaaar…!” 
                              begitu terkena cambuk Samandiman, tubuh Raja Singabarong 
                              terpental, menggelepar-gelepar di atas tanah. Seketika 
                              tubuhnya terasa lemah dan anehnya tiba-tiba tubuhnya 
                              berubah menjadi binatang aneh, berkepala dua yaitu 
                              kepala harimau dan merak. Ia tidak dapat berbicara 
                              dan akalnya telah hilang. Raja Kelanaswandana segera 
                              memerintahkan prajurit Bandarangin untuk menangkap 
                              Singabarong dan membawanya ke negeri Bandarangin.
Beberapa hari kemudian Raja Kelanaswandana mengirim 
                              utusan yang memberitahukan Raja Kediri bahwa ia 
                              segera datang membawa persyaratan Dewi Sanggalangit. 
                              Raja Kediri langsung memanggil Dewi Sanggalangit.
“
Anakku apa kau benar-benar 
                              bersedia menjadi istri Raja Kelanaswandana?”
“
Ayahanda… apakah 
                              Raja Kelanaswandana sanggup memenuhi persyaratan 
                              hamba?”
“
Tentu saja, dia akan 
                              datang dengan semua persyaratan yang kau ajukan. 
                              Masalahnya sekarang, tidakkah kau menyesal menjadi 
                              istri Raja Kelanaswandana?”
“
Jika hal itu sudah jodoh 
                              hamba akan menerimanya. Siapa tahu kehadiran hamba 
                              disisinya akan merubah kebiasaan buruknya itu.” 
                              tutur Dewi Sanggalangit.
Demikianlah, pada hari yang ditentukan datanglah 
                              rombongan Raja Kelanaswandana dengan kesenian Reog 
                              sebagai pengiring. Raja Kelanaswandana datang dengan 
                              iringan seratus empat puluh empat ekor kuda kembar, 
                              dengan suara gamelan, gendang dan terompet aneh 
                              yang menimbulkan perpaduan suara aneh, merdu mendayu-dayu. 
                              Ditambah lagi dengan hadirnya seekor binatang berkepala 
                              dua yang menari-nari liar namun indah dan menarik 
                              hati. Semua orang yang menonton bersorak kegirangan, 
                              tanpa terasa mereka ikut menari-nari dan berjingkrak-jingkrak 
                              kegirangan mengikuti suara musik.
Demikianlah, pada akhirnya Dewi Sanggalangit menjadi 
                              permaisuri Raja Kelanaswandana dan diboyong ke Bandarangin 
                              di Wengker. Wengker adalah nama lain dari Ponorogo 
                              sehingga di kemudian hari kesenian Reog itu disebut 
                              Reog Ponorogo.